Kafe

Yo--- ho!

Gimana nih kabarnya? Sehat kan? Ya, aku berharap aku juga sehat, hehehe

Konkai wa ... jeng jeng jeng jeng ... aku mau cerita tentang kafe nih. Hari ini aku ke kafe sekitar kota, namanya Gudang Wedang (nama DISAMARKAN) karena aku nggak punya alias baru nggak bawa kamera, jadi menu yang aku pesen juga gak banyak banyak amat. Karena hari ini juga lagi panas, enak kalau pesen yang dingin dingin, kan? Dan akhirnya aku pesen ice cream ... begitu juga temen temen yang lain.
Untuk keaslian istilah kafe dan artinya silahkan klik di sini, kalau mau tau lebih lanjut, silahkan klik di sini dan di sini, kalau mau tau bagaimana sejarahnya kafe masuk ke Indonesia silahkan klik di sini, dan kalau mau tau kafe dimataku, silahkan baca di sini ...

ini dia kafe. judul di sumbernya sih kurang lebih gini: "ini dia design cafe beraliran rustic industrial" dan aku nggak ngerti apa maksudnye... =.=

Buat aku ya, kafe itu jelas dari luar negeri, kalau versi jogja, kafe itu sebenernya setara – lah sama angkringan, Cuma beda grade aja. Bedanya ya ... lebih tradisional, bisa juga beda design tempat dan terutama menu yang di sajikan. Tapi dalam semua kafe, entah kafe atau angkringan, nggak mungkin nggak ada kopi.

Kafe itu juga, tempat tongrongan dan tempat unjuk aksi. Entah itu aksi berani atraksi, aksi unjuk diri, sampai aksi berani menyatakan cinta ... cieh. Yang jelas, yang terakhir nggak aku banget, walaupun sepertinya berkelas juga. Tapi ... lebih baik ditembak di tempat kerja aja dah, kaya di ruang periksa atau di ruang operasi.

Ngayal dulu,
Ketika pasien digeladak di kamar operasi, dua orang dokter muda, saling beradu pandang satu sama lain, sang pria, sebut saja Bagong, menatap dalam dalam sang pujaan hati, sebut saja Limbuk. Perlahan Bagong meraih kedua tangan Limbuk dengan penuh harap. Kembali ia menatap Limbuk dengan tatapan mautnya.

“Mbuk ... kamu mau nggak ...” BRRUUUUAAAAKKKK ... bed calon pasien operasi nggak sengaja meluncur tajam menghantam Bagong hingga darah menguncur kemana mana.
Selidik punya selidik, para petugas yang bertugas menggeladak bed pasien itu terpana atas aksi Bagong yang rela berluka luka agar cintanya tersampaikan. Ketika mereka terpana, tangan mereka tak sanggup diam di pegangan bed pasien, segera mereka mengusap air mata mereka yang bercucuran secara bersamaan, ketika mereka sadar, si aktor dalam panggung romansa itu telah terkapar dengan darah yang menyembur kemana mana.

Uhhh ... susah juga ya, ah oke deh. Pokoknya calonku besok kalau mau nembak liat liat dulu tempat nembaknya. Oke?

Balik lagi ke ulasan Kafe.
Kafe itu, juga tempatnya nongrong anak anak muda yang:
1.    Berduit
2.    Gaul
3.    Hampir gaul
4.    Pengen dapet sindikat gaul
5.    Eksis
6.    Eksis di 2 dunia
7.    Eksis dunia nyata saja
8.    Nggak punya pilihan tempat lain mau pergi kemana buat ngganjel perut
Untuk hari ini, aku tergolong anak dengan kriteria ke 8. Nggak naif, itu emang bener. Pepatah dimana ketika perut kosong, pikiranpun buta- terbukti.

Disamping itu, kafe di sekitar kota juga harganya ... (hampir semua) nggak sebanding sama yang disajikan. Hahahaha .... aku nggak bicara soal cita rasanya, tapi kuantitasnya. Minimalis.buat aku dengan kriteria no. 8 pengunjung kafe, makan di kafe itu buang uang. Mana belum bisa menghasilkan uang sendiri ... itu susah juga. Berat rasanya. Masih mikir soal buku mahal mahal ... bahahaha, minimal 400 ribu. Buat aku mah itu juga mahal kan. Lagipula nih ... menu kafe itu juga terlalu mahal buat aku. Rata rata, menu disana bisa aku buat dirumah sendiri. Hahaha ...

Emang aku nggak terlalu pinter masak, tapi kadang bentuknya jadi, rasanya lumayan, tapi kadang kebalikannya. Aku lain kali mau buat resepku sendiri di sini. Ya ... tutorialnya mah emang dari internet semua sih ... jadi ... yosh kimeta! Aku akan upload fotonya dan link resep yang aku ambil ... insyaAllah.

Salam,
Makanlah makanan yang enak,